Barang
kali tulisan/esay ini adalah semacam fiktif belaka dalam pandangan sekilas,
namun walau pun demikian penulis sangatlah meminta perhatiannya dari
kawan-kawan yang sempat menatap esay ini mencoba untuk berfikir sejenak jauh
lebih dalam dengan konteks esensi, sambil merenungkan terhadap diri kita,
mencoba mengungkap sebuah misteri yang terdapat dalam alam mikro-kosmos batiniah
manusia. Sudah tahukah kita sebenarnya bahwa yang kita meng-anggap ‘aku’ selama
ini adalah benar-benar ‘aku’ maka dari itu penulis mencoba tuk bersama-sama
mengkoreksinya sampai sejauh mana, jangan-jangan selama ini adalah – kita
(‘aku’), bukanlah aku lalu siapa? . . .
Benar
kah bintang yang berkilauan yang memenuhi langit itu jika pada pagi menghilang
bersembunyi dilautan dan menyinari dunia bawah? Kenapa bintang tidak pernah
berada satu langit dengan matahari? Benarkah para malaikat hanya turun kebumi
pada malam hari untuk memberkati dan melimpahi rizqi bagi orang-orang yang tekun menjalankan
sholat pada malam? dibintang itukah para malaikat tinggal? Apakah ‘Arsy, singa
sana Allah terletak disalah satu bintang dilangit, untuk pertanyaan tersebut mengundang
inspirasi mencoba mengungkap dengan segala keterbatasan pengetahuan yang ada
dan itu semuanya penulis mengajak
kawan-kawan untuk bersama merenungkannya bersama-sama mencari jawaban atasnya
tidak lain hanyalah mencari hakikah sebenarnya siapakah ‘aku’ yaitu kita person
per person sudah tahukah kita? Bagaimana kita mau mengenal Allah (‘Aku’-NYA},
yang sebenarnya kalau saja kita tidak mengenal diri kita sendiri???!!
Lewat
derasnya arus sungai yang mengalir deras maupun tidak coba kembali kita
merenungkan, penulis sangatlah yakin dan percaya sekali bahwa ada sasmita
tersendiri yang lahir dalam pemikiran kita terhadap fenomenon yang kita
perhatikan ini, adanya kenyataan bahwa bahwa aliran air yang terus-menerus itu
akan akan mengalir menuju muara hingga ke samudra raya, barang kali, kembali
kita coba tuk merenungkan lewat gemerlapan cahaya matahari, kita sudah barang
tentu sama-sama kita menyaksikan betapa sinar dunia itu bergerak dari timur
menuju kebarat(masriq wal maghrib) sepanjang waktu, seolah masuk menuju
kesarangnya di dunia bawah, terus kita perhatikan pula terhadap disekeling kita
manusia itu sendiri, ketika matinya anak manusia adanya aliran kehidupan
manusia, seperti gerakan air dan matahari menuju kearah tertentu : pusat segala
sesuatu, bagaimana kawan-kawan-ku terlintaskah kawan-kawan-ku terhadap semuanya
ini? Sementara penulis sendiri masih menyusurinya, Terkait dengan yang namanya
‘aku’-ku kepada ‘Aku’ yang sebenarnya,
tidak hanya sebatas ini kita coba tuk menyelam lagi. Dengan segala keterbatasan
pikiran kita tapi janganlah berhenti hanya sampai disini walau kita tahu kalu
pikiran kita terbatas jangan jadikan bumerang bagi diri kita dan menjadikan
kambing hitam untuk menutup segala kerangka pikiran, kebebasan berfikir kita.
mari mencoba menggapai dari keterbatasan ini, justru kita tidak tahu dimana
keterbatasan pikiran kita maka dari itu sambil mengkaji, mengkoreksi, sampai
dimana terbentur dengan hal-hal yang nanti berlaku Hukum Allah untuk mengkaji sesuatu yang dilarang Nya. Jangan
sampai menjadi hamba yang tidak mau berfikir terhadap apa yang telah Dia
ciptakan, jangan menjadi pecundang terhadap diri sendiri.
Hakikat segala yang ada
apapun yang tergelar di alam semesta ini adalah perwujudan dari ‘Aku’, air
sungai misalkan, matahari, pepohonan, bebatuan, awan-gumawan, langit,
gunung-gemunung, dan juga hewan. Bahwa manusia dan seluruh isi jagad raya ini
semuanya itu memiliki ‘aku’ masing-masing, andakan matahari bisa berkata : aku matari dan begitu
juga terhadap dari alam jagad raya ini, niscaya pastilah ia akan mengambil
andil mengatakan ‘Aku’, dari mana ‘aku’
masing-masing itu bersal dan kemana ‘aku’ masing-masing ‘aku’ akan
kembali???!!.
Kesadaran akan hakikat
terhadap ‘aku’ peribadi dan ‘aku’ semesta mungkin barang kali selama ini telah
jauh membawa kita kesatu hamparan kegamangan yang sangat luar biasa didalam
memaknai hidup tentunya tidak telepas kepada/terhadap orang-orang yang mau
berfikir dan membaca se-isi yang ada disekelilingnya yang nampak secara kasat
mata maupun tiadak. Barang kali semua kita bercita-cita untuk bisa mengontrak
tempat peristirahatan yang katanya abadi kekal, didalamnya mengalir
sungai-sungai, penuh dengan keindahan yang jauh lebih indah dari kehidupan
dunia,didalamnya ada 40 bidari yang senantiasa mendampingi kita dimana dari
ke40 bidadari itu senantiasa selalu dan salalu suci(perawan) buah-buahan yang
manis dan ranum selalu terhidang, buahnya dapat dipetik dengan mudah yang
dahannya menghuntai kebawah yang luasnya menyelimuti langit dan bumi, arak yang
wangi bermandikan susu, dimana ia adalah tempat/vila yaumul oriontit yang
terakhir, dengan harga yang murah-meriah menjanjikan seluruh ummat yang
pertama/sebelum dan yang terahir, berkelas standar hotel berbintang seribu,
tapi ketahui lah bahwa sesungguhnya tidaklah segampang yang kita bayang kan
untuk mendapatkannya karena vila tersebut dihiasi oleh ‘Aku’ sebenarnya, dengan
pagar yang penuh rintangan yang nampak indah sewatu ada di dunia berbagai macam
perbuatan “maksyiat”. Hanya orang-orang tertentulah yang bisa meraihnya. Namun
sebelum jauh kita berbicara kesana ada satu hal yang terpenting yang harus kita
ketahui ; kalau ada pengharapan penuh yang tak terhingga untuk menjadi penghuni
“vila” yang menjanjikan itu katakan saja
sorga yang penuh kenikmatan maka sekarang barang kali kita ragukanlah untuk
sementara harapan itu sebagai kebenaran yang mutlak semua itu adalah dunia
hayal belaka. Yang mungkin selama ini kita tahu karna kita tidak akan bisa tahu
dan mengetahui siapa ‘aku’ kepada ‘Aku’ yang sebenarnya karna sorga itu juga
‘aku’ –NYA bukan lah ‘aku’ yang hakikah. Artinya dikuatirkan kita akan tidak
lagi tertuju kepada ’Aku’ yang hakikah tapi malah tertuju
kepada bagian dari ciptaan ‘Aku’, karna surga pada hakikahnya adalah ‘aku’
pribadi dan bukan ‘Aku’ semesta tentunya yang menjadi sumber segala ‘Aku’?
bukankah ‘aku’-ku nantinya cepat atau lambat akan menyatu dengan ‘Aku, surga
juga harapan kita semua memang kesana? Tidak telepas dari kaidah agama ‘Aku’
semesta ini : yang mengajarkan “innalillahi wainnalillahi rooji’uun” yang bermakna :
sesunguhnya ‘aku’ berasal dari ‘Aku’ dan semua ‘aku’ akan kembali ke ’Aku’
sebagai asal segala ‘aku’.
Lalu
selama ini Allah yang bagaimanakah
yang kita sembah? Jangan-jangan hanyalah ‘aku-ku, dan ‘aku’ serta ‘aku’ yang lain bukanlah hakikah ‘Aku’, mari kita koreksi
kembali dengan menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab ‘Aku’ di Mahkamah
Mahsyar. Apakah ketundukan Akunya dalam sholat, benar-benar perwujudan dari
ketundukan ‘aku’ terhadap ‘Aku’? bukan kah sampai saat ini barang kali belum
menemukan hakikah ‘aku’ peribadi? Terus dimanakah ‘aku’ peribadi kita berada?
Dimana ‘aku’ peribadi bisa kita temukan? Apakah ‘aku’-ku bersembumyi di
kedalaman hati, jantung, paru-paru, aliran darah, sumsum, / otak? bisahkah kita temukan? Disini kita tidak
bisa/ tidak bisa menjawabnya, jadi . . . . . .disini barang kali akan nampaklah
akan betambahnya kegamangan kita, ; jika keberadaan ‘aku’ peribadi ku saja
tidak kita ketahui hakikahnya, bagaimana mungkin kita bisa mengetahui hakikah ‘Aku’
semesta? Jika hakikah ‘aku’ tidak kita ketahui bagaimana ‘aku’ bisa sampai
kepada-Nya. Hingga sekarang ini tak seorangpun mengenal dirinya sendiri, tak
ada orang yang merasai kesenangan yang sempurna.melainkan ‘Dia’ Tysubanallah!.
Besar kemungkinan sorga itu adalah sebuah dunia
dongeng, dunia hayalan bagi cerita dunia perfileman katunistis (fiksi),
kalaulah dalam menggapai mencari ‘Aku’-ku
tak sanggup bagaimana mungkin kita tahusiapa ‘Dia’ dan menuju kepada ‘Dia’,
dan kembali kepada ‘Dia’.
Guru MI Nurul Hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Datang/ Welcome/مرحبا
السلام عليكم
أهلا باتصالكم الى هذا بلوكسفوت
Selamat Datang Di Blog yang Insya Allah kita saling berbagi ilmu sebagai upaya peningkatan amal jariyah... dan Juga terima kasih atas komentar dan partisipasi anda semua;
Welcome to the Blog that Insha Allah we share knowledge as an effort to increase charitable of Jariyah ... and also thank you for your comments and participation of all;
مرحبا بكم في المدونة إن شاء الله أن نشترك العلم على أنها محاولة لزيادة رعة الخيرية من جارية العمل وأشكركم أيضا على تعليقاتكم ومشاركة جميع
والسلام عليكم جميعا