Kamis, 16 Agustus 2012

Opini:: SIAPA..... A K U


                Barang kali tulisan/esay ini adalah semacam fiktif belaka dalam pandangan sekilas, namun walau pun demikian penulis sangatlah meminta perhatiannya dari kawan-kawan yang sempat menatap esay ini mencoba untuk berfikir sejenak jauh lebih dalam dengan konteks esensi, sambil merenungkan terhadap diri kita, mencoba mengungkap sebuah misteri yang terdapat dalam alam mikro-kosmos batiniah manusia. Sudah tahukah kita sebenarnya bahwa yang kita meng-anggap ‘aku’ selama ini adalah benar-benar ‘aku’ maka dari itu penulis mencoba tuk bersama-sama mengkoreksinya sampai sejauh mana, jangan-jangan selama ini adalah – kita (‘aku’), bukanlah aku lalu siapa? . . .
           Benar kah bintang yang berkilauan yang memenuhi langit itu jika pada pagi menghilang bersembunyi dilautan dan menyinari dunia bawah? Kenapa bintang tidak pernah berada satu langit dengan matahari? Benarkah para malaikat hanya turun kebumi pada malam hari untuk memberkati dan melimpahi rizqi  bagi orang-orang yang tekun menjalankan sholat pada malam? dibintang itukah para malaikat tinggal? Apakah ‘Arsy, singa sana Allah terletak disalah satu bintang dilangit, untuk pertanyaan tersebut mengundang inspirasi mencoba mengungkap dengan segala keterbatasan pengetahuan yang ada dan  itu semuanya penulis mengajak kawan-kawan untuk bersama merenungkannya bersama-sama mencari jawaban atasnya tidak lain hanyalah mencari hakikah sebenarnya siapakah ‘aku’ yaitu kita person per person sudah tahukah kita? Bagaimana kita mau mengenal Allah (‘Aku’-NYA}, yang sebenarnya kalau saja kita tidak mengenal diri kita sendiri???!!
              Lewat derasnya arus sungai yang mengalir deras maupun tidak coba kembali kita merenungkan, penulis sangatlah yakin dan percaya sekali bahwa ada sasmita tersendiri yang lahir dalam pemikiran kita terhadap fenomenon yang kita perhatikan ini, adanya kenyataan bahwa bahwa aliran air yang terus-menerus itu akan akan mengalir menuju muara hingga ke samudra raya, barang kali, kembali kita coba tuk merenungkan lewat gemerlapan cahaya matahari, kita sudah barang tentu sama-sama kita menyaksikan betapa sinar dunia itu bergerak dari timur menuju kebarat(masriq wal maghrib) sepanjang waktu, seolah masuk menuju kesarangnya di dunia bawah, terus kita perhatikan pula terhadap disekeling kita manusia itu sendiri, ketika matinya anak manusia adanya aliran kehidupan manusia, seperti gerakan air dan matahari menuju kearah tertentu : pusat segala sesuatu, bagaimana kawan-kawan-ku terlintaskah kawan-kawan-ku terhadap semuanya ini? Sementara penulis sendiri masih menyusurinya, Terkait dengan yang namanya ‘aku’-ku  kepada ‘Aku’ yang sebenarnya, tidak hanya sebatas ini kita coba tuk menyelam lagi. Dengan segala keterbatasan pikiran kita tapi janganlah berhenti hanya sampai disini walau kita tahu kalu pikiran kita terbatas jangan jadikan bumerang bagi diri kita dan menjadikan kambing hitam untuk menutup segala kerangka pikiran, kebebasan berfikir kita. mari mencoba menggapai dari keterbatasan ini, justru kita tidak tahu dimana keterbatasan pikiran kita maka dari itu sambil mengkaji, mengkoreksi, sampai dimana terbentur dengan hal-hal yang nanti berlaku Hukum Allah untuk  mengkaji sesuatu yang dilarang Nya. Jangan sampai menjadi hamba yang tidak mau berfikir terhadap apa yang telah Dia ciptakan, jangan menjadi pecundang terhadap diri sendiri.

            Hakikat segala yang ada apapun yang tergelar di alam semesta ini adalah perwujudan dari ‘Aku’, air sungai misalkan, matahari, pepohonan, bebatuan, awan-gumawan, langit, gunung-gemunung, dan juga hewan. Bahwa manusia dan seluruh isi jagad raya ini semuanya itu memiliki ‘aku’ masing-masing, andakan  matahari bisa berkata : aku matari dan begitu juga terhadap dari alam jagad raya ini, niscaya pastilah ia akan  mengambil andil mengatakan ‘Aku’, dari  mana ‘aku’ masing-masing itu bersal dan kemana ‘aku’ masing-masing ‘aku’ akan kembali???!!.

Kesadaran akan hakikat terhadap ‘aku’ peribadi dan ‘aku’ semesta mungkin barang kali selama ini telah jauh membawa kita kesatu hamparan kegamangan yang sangat luar biasa didalam memaknai hidup tentunya tidak telepas kepada/terhadap orang-orang yang mau berfikir dan membaca se-isi yang ada disekelilingnya yang nampak secara kasat mata maupun tiadak. Barang kali semua kita bercita-cita untuk bisa mengontrak tempat peristirahatan yang katanya abadi kekal, didalamnya mengalir sungai-sungai, penuh dengan keindahan yang jauh lebih indah dari kehidupan dunia,didalamnya ada 40 bidari yang senantiasa mendampingi kita dimana dari ke40 bidadari itu senantiasa selalu dan salalu suci(perawan) buah-buahan yang manis dan ranum selalu terhidang, buahnya dapat dipetik dengan mudah yang dahannya menghuntai kebawah yang luasnya menyelimuti langit dan bumi, arak yang wangi bermandikan susu, dimana ia adalah tempat/vila yaumul oriontit yang terakhir, dengan harga yang murah-meriah menjanjikan seluruh ummat yang pertama/sebelum dan yang terahir, berkelas standar hotel berbintang seribu, tapi ketahui lah bahwa sesungguhnya tidaklah segampang yang kita bayang kan untuk mendapatkannya karena vila tersebut dihiasi oleh ‘Aku’ sebenarnya, dengan pagar yang penuh rintangan yang nampak indah sewatu ada di dunia berbagai macam perbuatan “maksyiat”. Hanya orang-orang tertentulah yang bisa meraihnya. Namun sebelum jauh kita berbicara kesana ada satu hal yang terpenting yang harus kita ketahui ; kalau ada pengharapan penuh yang tak terhingga untuk menjadi penghuni “vila” yang menjanjikan itu  katakan saja sorga yang penuh kenikmatan maka sekarang barang kali kita ragukanlah untuk sementara harapan itu sebagai kebenaran yang mutlak semua itu adalah dunia hayal belaka. Yang mungkin selama ini kita tahu karna kita tidak akan bisa tahu dan mengetahui siapa ‘aku’ kepada ‘Aku’ yang sebenarnya karna sorga itu juga ‘aku’ –NYA bukan lah ‘aku’ yang hakikah. Artinya dikuatirkan kita akan tidak lagi tertuju kepada ’Aku’ yang hakikah tapi malah  tertuju kepada bagian dari ciptaan ‘Aku’, karna surga pada hakikahnya adalah ‘aku’ pribadi dan bukan ‘Aku’ semesta tentunya yang menjadi sumber segala ‘Aku’? bukankah ‘aku’-ku nantinya cepat atau lambat akan menyatu dengan ‘Aku, surga juga harapan kita semua memang kesana? Tidak telepas dari kaidah agama ‘Aku’ semesta ini : yang mengajarkan “innalillahi wainnalillahi  rooji’uun” yang bermakna : sesunguhnya ‘aku’ berasal dari ‘Aku’ dan semua ‘aku’ akan kembali ke ’Aku’ sebagai asal segala ‘aku’.
              Lalu selama ini Allah yang bagaimanakah yang kita sembah? Jangan-jangan hanyalah ‘aku-ku, dan ‘aku’ serta ‘aku’ yang lain  bukanlah hakikah ‘Aku’, mari kita koreksi kembali dengan menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab ‘Aku’ di Mahkamah Mahsyar. Apakah ketundukan Akunya dalam sholat, benar-benar perwujudan dari ketundukan ‘aku’ terhadap ‘Aku’? bukan kah sampai saat ini barang kali belum menemukan hakikah ‘aku’ peribadi? Terus dimanakah ‘aku’ peribadi kita berada? Dimana ‘aku’ peribadi bisa kita temukan? Apakah ‘aku’-ku bersembumyi di kedalaman hati, jantung, paru-paru, aliran darah, sumsum, / otak?  bisahkah kita temukan? Disini kita tidak bisa/ tidak bisa menjawabnya, jadi . . . . . .disini barang kali akan nampaklah akan betambahnya kegamangan kita, ; jika keberadaan ‘aku’ peribadi ku saja tidak kita ketahui hakikahnya, bagaimana mungkin kita bisa mengetahui hakikah ‘Aku’ semesta? Jika hakikah ‘aku’ tidak kita ketahui bagaimana ‘aku’ bisa sampai kepada-Nya. Hingga sekarang ini tak seorangpun mengenal dirinya sendiri, tak ada orang yang merasai kesenangan yang sempurna.melainkan ‘Dia’ Tysubanallah!.
Besar kemungkinan sorga itu adalah sebuah dunia dongeng, dunia hayalan bagi cerita dunia perfileman katunistis (fiksi), kalaulah dalam menggapai mencari ‘Aku’-ku  tak sanggup bagaimana mungkin kita tahusiapa ‘Dia’ dan menuju kepada ‘Dia’, dan kembali kepada ‘Dia’.
                                                                      Guru MI Nurul Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang/ Welcome/مرحبا
السلام عليكم
أهلا باتصالكم الى هذا بلوكسفوت
Selamat Datang Di Blog yang Insya Allah kita saling berbagi ilmu sebagai upaya peningkatan amal jariyah... dan Juga terima kasih atas komentar dan partisipasi anda semua;

Welcome to the Blog that Insha Allah we share knowledge as an effort to increase charitable of Jariyah ... and also thank you for your comments and participation of all;

مرحبا بكم في المدونة إن شاء الله أن نشترك العلم على أنها محاولة لزيادة رعة الخيرية من جارية العمل وأشكركم أيضا على تعليقاتكم ومشاركة جميع
والسلام عليكم جميعا