Mempersiapkan Teks Ceramah Dakwah Shalat Idhul Adha, Mudah-Mudahan cepat selesai
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.
الحمدُ لله الَّذِي أرْشَدَ الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ كُلَّ باب، أنَار بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى بصائرَ المُعْرِضين عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته وأضلَّ الآخرين بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ محمداً عبده ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه وعلى جميع الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب
أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ
اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Peduli dengan Sesama
Jama'ah Sholat Aidul Fithri Rahimakumullah
Marilah kita sambut hari raya idul adha ini dengan takbir mengumadangkan kebesaran Allah swt. الله اكبر الله اكبر الله اكبر….Karena Allah sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa yang mengagungkan selain Allah maka ia termasuk orang yang melampaui batas dan telah berbuat kesyirikan yang nyata.
Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ?
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikiran kita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?
INSYA ALLAH
Inilah garis besar yang akan dibahas bila harinya telah tiba
N/b:Salam Facebooker RahimakumuLLAH
Hari Raya Qurban Sudah Dekat ...
"BERQURBANLAH JANGAN SUKA MENGORBANKAN ORANG LAIN" ..
MI NURul HIDayah PASir puTIh (M I - N H)
لسلام عليكم ورحمة الله وبركاتهI MI Nurul Hidayah adalah Sebuah Lembaga Pendidikan Formal yg bertempat dijl.Sutan Syarir Pasir Putih Jambi Selatan. MI-NH Memiliki Gedung Tiga Tingkat disertai Fasilitas yg Lengkap dan Modern, Memiliki Visi dan Misi Kedepan Dengan 25 Orang Tenaga Pengajar dari berbagai Disiplin Ilmu dan Berbagai Universitas. Ketua Yayasan MI-NH Syargawi Lakam, BBA, Abdullah Sani,M.Pd Kepala Sekolah Dra.Nurussaidah Kini Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Memiliki 427 Peserta Didik.
Sabtu, 20 Oktober 2012
Sabtu, 06 Oktober 2012
Senin, 10 September 2012
Rabu, 22 Agustus 2012
Melirik Nurhid
Orang tua mana yang tidak bangga jika memiliki anak di usia dini (seusia anak MI) sudah pintar menghafal Juz Amma. Terlebih lagi yang mampu hafal Yasin, Tahlil Dan Do’a. Mungkin, tidak hanya orangtuanya yang bangga, tapi orang lain pun akan sangat kagum dengan kehebatan anak kita.
Sayangnya, pada zaman kita saat ini munculnya seorang anak yang masih kecil hafal Juz Amma, menjadi barang yang sangat langka, hal ini tentu bertolak belakang dengan anak-anak jaman sekarang, umumnya mereka tidak bisa membaca Juz Amma.
Begitu semangatnya para orang tua yang ingin anaknya menguasai dan hafal Juz Amma di usia dini, Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah yang bertempat di Jl.Syarir Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Jambi Selatan memiliki program semua ini agar anak dapat tumbuh bersama Al-Qur’an dan memiliki bekal untuk masa depannya sebagai Perisai/penangkis dalam hidup dan kehidupan. dengan berbagai cara/metode yang guru lakukan agar kelak anak tersebut memang benar-benar menguasai ayat-ayat pendek tersebut dan hal ini merupakan salah satu syarat kelulusan MI jika mereka tamat nanti.
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah mengadakan seleksi terlebih dahulu jika anak/orang tua yang ingin memasuki anaknya ke MI Nurul Hidayah memang benar-benar harus dari keinginan keras anak itu sendiri bukan bersikukuh orang tuanya yang pada akhirnya anak meronta dan menangis Yang pada akhirnya pendidikan tidak berjalan lancar dan madrasahpun yang akan disalahkan. Maka dari itu keinginan keras seorang anak yang sangat kami butuhkan, kami memberi skat/batas minimal usia 6 tahun
Madrasah Nurul Hidayah selalu menampung masukan-masukan yang membangun dari masyarakat setempat demi kebaikan dan pembenahan madrasah yang lebih baik. Yang pada akhirnya impian dan harapan orang/tua dimana merupakan keinginan kita bersama untuk bisa hafal Juz Amma di usia dini, berguna bagi nusa, bangsa dan agama, dan Intelektual dapat terwujudkan. Hal ini bukan tidak mungkin kita lihat saja sosok dari Imam Syafi’I yang mampu hafal Al-Qur’an 30 Juz di usia dini yaitu 7 tahun. Dan ini menjadikan suatu kebiasaan “menghafal” mulai dari Juz Amma di MI sehingga secara berangsur-angsur terbiasa ketika ia beranjak ke MTS atau Aliyah mereka bisa mengahafal Al-Qur’an 30 Juz.
Semua ini telah terbukti dengan adanya prestasi-prestasi yang telah didapati yaitu Juara umum Hafalan ayat pendek, Hafalan do’a, pidato dan lain sebagainya.Dan kedepan MI Nurul Hidayah bertekad akan memberikan/meningkatkan pemahaman Bahasa terutama Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam menghadapi persaingan yang semakin mengglobal. Good Luck....
Fasilitas MI Nurul Hidayah Pasir Putih Kota Jambi
1.Gedung Tingkat 32.Labor Komputer (60 Unit)
3.Mushala (Ruang Ibadah)
4.Ruang Belajar 15 Kelas
5.Ruang Kepala
6.Ruang Guru
7.Ruang TU
8.Ruang Koperasi
9.Guru 21 Orang
10.Siswa 350 org
10.TU 1
11.Penjaga Sekolah 1
12.Satpam 1
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb
Puisi Hidayah
Engkaukah Ratu
__________________ BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Kata apapun yang terbawa angin kepadamu
Tak pernah engkau sentuh dengan telingamu
Apalagi hatimu yang angkuh pada tiap insan yang tertindas..
Bagiku engkaulah ratu
Memujamu bukanlah tujuan
Tapi mengagumimu adalah keharusan
Karena begitu bermakna renda senyummu
Apapun dapat engkau lakukan
Tanpa bisa memahami naluriku yang terkoyak
Oleh jemari tajam penuh warna
Siapapun bisa engkau terangi
Pancaran mata bagai tak habis membius
Terpantul pada hati yang retak oleh tatapan
Terbang bagai merak menabut keindahan
Membentang sayap bagai angin yang sejuk..
Tapi…ternyata bentangan sayap merak indah..
Menyimpan seribu belati
Menghujam setiap pori- pori tanpa bisa meraih apapun..
Setiap langkah memang berbeda
Kadang pelan bisa juga cepat
Bahkan tertatih…
Bagimu kesempurnaan indera
Memandang seseorang tanpa nurani
Bertilam kecantikan menikam insan
Yang terhina oleh lidahmu
Berselimut debu lisan yang amat perih
Meronakan mata dan mata hati
Menjatuhkan air mata diatas mata air
Bergenang memupus pilihan rindu
Dan… terungkap tanya yang panjang
Menghiasi padang hitam terhampar
Membayang gugusan ilalang tapi berduri
Mungkinkah kecantikanmu…sama dengan cantiknya hatimu
Atau…memikat lalu menghempaskan.
Aku berpikir maka aku ada
Aku berilusi maka aku bermimpi
Satu irama dalam satu hati
Membawa aku terbang tinggi
Dan bernyanyi…
Berdendang tentang nasib negeri
Tertindas keangkuhan tirani
Hinggu sejuta duka jatuh berderai
Tanpa iba…tanpa nurani
Mengusung jazad dalam peti
Menjerit sepanjang hari
Diantara gulungan rantai- rantai besi
Aku bicara tentang damai
Terbayang dulu negeri permai
Ketika aku asyik berdongeng di pantai
Ombak menghempas suaraku pergi
Tiada yang mendengar celoteh ini
Aku hilang sebelum pergi
Berjalan diantara senapan penguasa
Menuju ruang yang penuh belati
Membungkam suara keadilan yang suci.
Tuan Kambing Hitam
________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Hanya sebatas kabut
Putih terang dan hitam kelam
Bila salah berucap
Kebenaran akan terkubur dalam
Akankah datang ratu keadilan
Membawa busur peradilan yang menggema
Memanah kemungkaran..
Mata telah perih..
Setiap saat drama penderitaan menguap
Menebarkan aroma kegelisahaan
Silih berganti palu terketuk
Menyisakan tangis pilu sang keluarga
Entah benar atau salah..
Vonis telah jatuh tercerai
Diantara tawa pemenang
Dan diantara luka sang tuan kamping hitam
Kemana wajah bapak corruptor
Kemana juga wujud tuan algojo
Mungkinkah hakim itu corruptor..
Ataukah aparat itu algojo
Semua tiada jelas
Hari ini bilang putih..,esok berucap hitam
Ataukah pemimpin negeri ini telah buta..?
Jejak yang Gelisah
______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Tertunduk dan terkulai merangkai jejak
Jejak menuju dimensi hati sang dara
Bagai meniti diatas air tanpa titian
Tak pasti…bahkan tak mungkin
Aku menepis bayangan yang menggoda
Bahkan teramat menggoda bengis…
Menampakkan wajah penuh pilar- pilar angkuh
Memandang padaku dengan mata bergenang
Tapi itu bukan kesedihan..namun
Setetes air mata yang sedih menahan tawa
Mengelilingiku bersama dewi palsu
Aku menginginkanmu dengan cepat..
Segunung rindu ku persembahkan pada bumi
Menjadi tangga tertinggi mencapai awan
Dan…engkau melupakan aku dengan pelan
Hingga hilang jejak bersama kegelisahanku.
Romantisme Klasik
_________________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Aku menghamparkan roman- roman pilihan
Berdengan tentang kisah penuh asmara
Menggoyang pikiran dalam dekap
Menerawang legenda yang terjauh
Melewati dimensi penuh romantisme
Dengarlah..jika sang dewi telah terdiam
Bumi bagai tak tergerak dalam rotasinya..
Ingatlah legenda lama
Roman- roman yang beirama..
Dengan pilihan kisah yang menjadi cerita..
Menjadi inspirasi hidup
Bila engkau tahu..betapa saktinya kisahku
Merangkai tiap kata yang akan mewarnai kehidupan
Melewati setiap rintang yang tak berarti.
Negeri Siapa Ini ?
__________________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Kakiku melankah menyusuri hari
Melewati kehidupan zaman yang hampir hilang
Pada satu titik
Aku berhenti melangkah
Terbungkam kebingungan dalam kenyataan
Aku berpaling kearah matahari terbit
Terbentang luas pemukiman kumuh
Bagai sampah…menjijikkan !
Kupalingkan wajahku kearah mata hari terbenam
Terlukis panorama gedung pencakar langit
Tegak menantang..penuh keangkuhan
Tanpa sadar aku memandangi langit
Semua gelap tanpa matahari
Kemana matahariku ?
Ronanya yang segar dan terang..
Kini berselimut Kabul pekat
Akibat kejahilan prilaku sebagian manusia.
Mataku telah perih
Menyaksikan hidup dalam kehidupan
Hingga aku tertunduk lunglai
Aku terdiam..kakiku beku
Tak kuasa melangkah lagi..
Terjebak dalam Lumpur- Lumpur jalanan
Yang tak beraspal..
Air mata telah bercampu debu
Sisa tangis tidak terbendung
Ku hanya bisa menjerit..
NEgeri SIapa INi..?
__________________ BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Kata apapun yang terbawa angin kepadamu
Tak pernah engkau sentuh dengan telingamu
Apalagi hatimu yang angkuh pada tiap insan yang tertindas..
Bagiku engkaulah ratu
Memujamu bukanlah tujuan
Tapi mengagumimu adalah keharusan
Karena begitu bermakna renda senyummu
Apapun dapat engkau lakukan
Tanpa bisa memahami naluriku yang terkoyak
Oleh jemari tajam penuh warna
Siapapun bisa engkau terangi
Pancaran mata bagai tak habis membius
Terpantul pada hati yang retak oleh tatapan
Terbang bagai merak menabut keindahan
Membentang sayap bagai angin yang sejuk..
Tapi…ternyata bentangan sayap merak indah..
Menyimpan seribu belati
Menghujam setiap pori- pori tanpa bisa meraih apapun..
Sempurna
________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)Setiap langkah memang berbeda
Kadang pelan bisa juga cepat
Bahkan tertatih…
Bagimu kesempurnaan indera
Memandang seseorang tanpa nurani
Bertilam kecantikan menikam insan
Yang terhina oleh lidahmu
Berselimut debu lisan yang amat perih
Meronakan mata dan mata hati
Menjatuhkan air mata diatas mata air
Bergenang memupus pilihan rindu
Dan… terungkap tanya yang panjang
Menghiasi padang hitam terhampar
Membayang gugusan ilalang tapi berduri
Mungkinkah kecantikanmu…sama dengan cantiknya hatimu
Atau…memikat lalu menghempaskan.
Tirani BErsenjata
_________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)Aku berpikir maka aku ada
Aku berilusi maka aku bermimpi
Satu irama dalam satu hati
Membawa aku terbang tinggi
Dan bernyanyi…
Berdendang tentang nasib negeri
Tertindas keangkuhan tirani
Hinggu sejuta duka jatuh berderai
Tanpa iba…tanpa nurani
Mengusung jazad dalam peti
Menjerit sepanjang hari
Diantara gulungan rantai- rantai besi
Aku bicara tentang damai
Terbayang dulu negeri permai
Ketika aku asyik berdongeng di pantai
Ombak menghempas suaraku pergi
Tiada yang mendengar celoteh ini
Aku hilang sebelum pergi
Berjalan diantara senapan penguasa
Menuju ruang yang penuh belati
Membungkam suara keadilan yang suci.
Tuan Kambing Hitam
________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Hanya sebatas kabut
Putih terang dan hitam kelam
Bila salah berucap
Kebenaran akan terkubur dalam
Akankah datang ratu keadilan
Membawa busur peradilan yang menggema
Memanah kemungkaran..
Mata telah perih..
Setiap saat drama penderitaan menguap
Menebarkan aroma kegelisahaan
Silih berganti palu terketuk
Menyisakan tangis pilu sang keluarga
Entah benar atau salah..
Vonis telah jatuh tercerai
Diantara tawa pemenang
Dan diantara luka sang tuan kamping hitam
Kemana wajah bapak corruptor
Kemana juga wujud tuan algojo
Mungkinkah hakim itu corruptor..
Ataukah aparat itu algojo
Semua tiada jelas
Hari ini bilang putih..,esok berucap hitam
Ataukah pemimpin negeri ini telah buta..?
Jejak yang Gelisah
______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Tertunduk dan terkulai merangkai jejak
Jejak menuju dimensi hati sang dara
Bagai meniti diatas air tanpa titian
Tak pasti…bahkan tak mungkin
Aku menepis bayangan yang menggoda
Bahkan teramat menggoda bengis…
Menampakkan wajah penuh pilar- pilar angkuh
Memandang padaku dengan mata bergenang
Tapi itu bukan kesedihan..namun
Setetes air mata yang sedih menahan tawa
Mengelilingiku bersama dewi palsu
Aku menginginkanmu dengan cepat..
Segunung rindu ku persembahkan pada bumi
Menjadi tangga tertinggi mencapai awan
Dan…engkau melupakan aku dengan pelan
Hingga hilang jejak bersama kegelisahanku.
Romantisme Klasik
_________________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Aku menghamparkan roman- roman pilihan
Berdengan tentang kisah penuh asmara
Menggoyang pikiran dalam dekap
Menerawang legenda yang terjauh
Melewati dimensi penuh romantisme
Dengarlah..jika sang dewi telah terdiam
Bumi bagai tak tergerak dalam rotasinya..
Ingatlah legenda lama
Roman- roman yang beirama..
Dengan pilihan kisah yang menjadi cerita..
Menjadi inspirasi hidup
Bila engkau tahu..betapa saktinya kisahku
Merangkai tiap kata yang akan mewarnai kehidupan
Melewati setiap rintang yang tak berarti.
Negeri Siapa Ini ?
__________________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Kakiku melankah menyusuri hari
Melewati kehidupan zaman yang hampir hilang
Pada satu titik
Aku berhenti melangkah
Terbungkam kebingungan dalam kenyataan
Aku berpaling kearah matahari terbit
Terbentang luas pemukiman kumuh
Bagai sampah…menjijikkan !
Kupalingkan wajahku kearah mata hari terbenam
Terlukis panorama gedung pencakar langit
Tegak menantang..penuh keangkuhan
Tanpa sadar aku memandangi langit
Semua gelap tanpa matahari
Kemana matahariku ?
Ronanya yang segar dan terang..
Kini berselimut Kabul pekat
Akibat kejahilan prilaku sebagian manusia.
Mataku telah perih
Menyaksikan hidup dalam kehidupan
Hingga aku tertunduk lunglai
Aku terdiam..kakiku beku
Tak kuasa melangkah lagi..
Terjebak dalam Lumpur- Lumpur jalanan
Yang tak beraspal..
Air mata telah bercampu debu
Sisa tangis tidak terbendung
Ku hanya bisa menjerit..
NEgeri SIapa INi..?
HAKIKAT MANUSIA
_______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Sampaikan Pada Cakrawala
Nun Jauh Menali Sutera
Kian Mencakar dengan Pekatnya
malam
Hingga langit tak lagi
membiru seperti biasa
Tak ada lagi yang bernyanyi
sendu
Apa yang terjadi ???
Satu...................
Dua............
Tiga....
Ku tersentak dalam keheningan
Membangunkan dari kelelahan
dunia
Menyeret dalam kehampaan dan ketiadaan
Diri siapakah yang berkata ini
Mengapa ku begini
Perlahan dengan bimbang
Membalut Kegelisahan dalam
Menimbulkan sejuta kebisuan yang tersembunyi
Dalam sosok kecil yang mencari cahaya malam
Mengapa sinarnya tak sampai ke ujung
Mengapa desirannya tak sampai ke dasar
Dengan luasnya samudra dan bentangan pelangi y ang memukau
Dapatkah dijadikan alasan
Bahwa duri kan menjatuhkan ku
Ketahuilah... Mawar lebih banyak dari duri
Mengapa manusia berdiam saja
Misteri ini harus terungkap
Walau Jiwa tersobek dalam
Juang tak padam Penat
Mencari sesuatu yang menjelma dalam diri
Ingin ku mengetahui siapakah sosok kecil ini?
Yang kan berjalan dalam ribuan pertanyaan
Takkan berhenti dengan kegelisahan ..
Terus berjuang dan memecahkan keheningan senja
Do’a sang pendosa______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Tuhan…………..,
Di hadapan-Mu aku bersimpuh
Luruh penuh gemuruh.
Mempersembahkan seonggok tulang belulang
Yang kehilangan jiwa dan rasa.
Masih pantaskah aku mendatangi-Mu
Menampakkan wajah lusuh ini?
Menampilkan rona muka yang dibalut dengan
nestapa.
Masih layakkah aku memohon pada-Mu
Mengangkat tangan kotor ini?
Meraih kemurahan
Yang tak pernah kupeduli
Mencari setitik senyuman
Di hamparan hitam putih langkah kaki
Tuhan……………….,
Jika kepedihan ini adalah kenikmatan dari-Mu
Maka tak rela aku melepasnya.
Biarkan ia merenggut kebebasan
yang merampaskan perhatianku dari-Mu.
Jika kepahitan ini adalah manis bagi-Mu
Takkan kubiarkan lenyap,
Lebur bersama waktu
Menghilang dalam tanya.
Tuhan…………………,
Aku rindu keindahan-Mu
Setelah aku menyatu dengan keburukan.
Aku haus keampunan,
Setelah aku terbenam dalam kecelakaan.
Mungkin dosaku segunung tingginya
Namun,
Kuyakin rahmat-Mu sealam semesta luas-Nya.
Tuhan…………………,
Terimalah do’aku
Kamis, 16 Agustus 2012
Hikayat::LUKMAN AL-HAKIM DENGAN GUNJINGAN ORANG
Dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Lukman
Hakim telah masuk kedalam pasar
dengan menaiki seekor Himar
manakala anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Lukman itu ada yang berkata “lihat itu orang tua yang
tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki”.
Setelah mendengar desas-desus dari orang ramai maka Lukman
pun turun dari Himarnya itu lalu diletakan anaknya diatas Himar itu. Melihat
yang demikian maka orang dipasar itu
berkata pula “ Lihat orang tuanya
berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enakan menaiki Himar itu, sunggh
kurang ajar anak itu”.
Sebaik saja mendengar kata-kata itu, Lukman pun terus naik
keatas belakang Himar itu bersama-sama
dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi “Lihat itu dua
orang menaiki seekor Himar adalah sungguh menyiksa Himar itu”.
Oleh karena tidak suka mendengar prkataan orang maka Lukman
dan anaknya turun dari Hmar itu. Kemudian terdengar lagi suara orang berkata
“dua orang berjalan kaki, sedangkan Himar itu tidak dikendarai”
Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang kerumah, Lukman Hakim telah menasehati
anaknya tentang sikap manusia dan latah mereka katanya “ Sesungguhnya setiap
orang tiada terlepas dari percakapan manusia lainnya, maka orang yang berakal
tidak mengaambil pertimbangan melainkan kepadaAllah SWT saja, barang siapa
mengenal kebenaran itulah yang menjadi pertimbangan dalam segalanya”.
Kemudian Lukman Hakim
berpesan kepada anaknya Katanya” Wahai anakku tuntutlah rezeki yang halal
supaya kamu tidak menjadi fakir, sesungguhnya orang fakir tertimpa padanya tiga
perkara yaitu tipis keyakinannya (iman)
agamanya, lemah akalnya(mudah tertipu dan diperdaya orang) dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya)
dan lebih celaka lagi dari tiga perkara itu adalah orang-orang yang suka
merendah-rendahkan dan meremehkanSiswa MI Nurul Hidayah
Opini:: SIAPA..... A K U
Barang
kali tulisan/esay ini adalah semacam fiktif belaka dalam pandangan sekilas,
namun walau pun demikian penulis sangatlah meminta perhatiannya dari
kawan-kawan yang sempat menatap esay ini mencoba untuk berfikir sejenak jauh
lebih dalam dengan konteks esensi, sambil merenungkan terhadap diri kita,
mencoba mengungkap sebuah misteri yang terdapat dalam alam mikro-kosmos batiniah
manusia. Sudah tahukah kita sebenarnya bahwa yang kita meng-anggap ‘aku’ selama
ini adalah benar-benar ‘aku’ maka dari itu penulis mencoba tuk bersama-sama
mengkoreksinya sampai sejauh mana, jangan-jangan selama ini adalah – kita
(‘aku’), bukanlah aku lalu siapa? . . .
Benar
kah bintang yang berkilauan yang memenuhi langit itu jika pada pagi menghilang
bersembunyi dilautan dan menyinari dunia bawah? Kenapa bintang tidak pernah
berada satu langit dengan matahari? Benarkah para malaikat hanya turun kebumi
pada malam hari untuk memberkati dan melimpahi rizqi bagi orang-orang yang tekun menjalankan
sholat pada malam? dibintang itukah para malaikat tinggal? Apakah ‘Arsy, singa
sana Allah terletak disalah satu bintang dilangit, untuk pertanyaan tersebut mengundang
inspirasi mencoba mengungkap dengan segala keterbatasan pengetahuan yang ada
dan itu semuanya penulis mengajak
kawan-kawan untuk bersama merenungkannya bersama-sama mencari jawaban atasnya
tidak lain hanyalah mencari hakikah sebenarnya siapakah ‘aku’ yaitu kita person
per person sudah tahukah kita? Bagaimana kita mau mengenal Allah (‘Aku’-NYA},
yang sebenarnya kalau saja kita tidak mengenal diri kita sendiri???!!
Lewat
derasnya arus sungai yang mengalir deras maupun tidak coba kembali kita
merenungkan, penulis sangatlah yakin dan percaya sekali bahwa ada sasmita
tersendiri yang lahir dalam pemikiran kita terhadap fenomenon yang kita
perhatikan ini, adanya kenyataan bahwa bahwa aliran air yang terus-menerus itu
akan akan mengalir menuju muara hingga ke samudra raya, barang kali, kembali
kita coba tuk merenungkan lewat gemerlapan cahaya matahari, kita sudah barang
tentu sama-sama kita menyaksikan betapa sinar dunia itu bergerak dari timur
menuju kebarat(masriq wal maghrib) sepanjang waktu, seolah masuk menuju
kesarangnya di dunia bawah, terus kita perhatikan pula terhadap disekeling kita
manusia itu sendiri, ketika matinya anak manusia adanya aliran kehidupan
manusia, seperti gerakan air dan matahari menuju kearah tertentu : pusat segala
sesuatu, bagaimana kawan-kawan-ku terlintaskah kawan-kawan-ku terhadap semuanya
ini? Sementara penulis sendiri masih menyusurinya, Terkait dengan yang namanya
‘aku’-ku kepada ‘Aku’ yang sebenarnya,
tidak hanya sebatas ini kita coba tuk menyelam lagi. Dengan segala keterbatasan
pikiran kita tapi janganlah berhenti hanya sampai disini walau kita tahu kalu
pikiran kita terbatas jangan jadikan bumerang bagi diri kita dan menjadikan
kambing hitam untuk menutup segala kerangka pikiran, kebebasan berfikir kita.
mari mencoba menggapai dari keterbatasan ini, justru kita tidak tahu dimana
keterbatasan pikiran kita maka dari itu sambil mengkaji, mengkoreksi, sampai
dimana terbentur dengan hal-hal yang nanti berlaku Hukum Allah untuk mengkaji sesuatu yang dilarang Nya. Jangan
sampai menjadi hamba yang tidak mau berfikir terhadap apa yang telah Dia
ciptakan, jangan menjadi pecundang terhadap diri sendiri.
Hakikat segala yang ada
apapun yang tergelar di alam semesta ini adalah perwujudan dari ‘Aku’, air
sungai misalkan, matahari, pepohonan, bebatuan, awan-gumawan, langit,
gunung-gemunung, dan juga hewan. Bahwa manusia dan seluruh isi jagad raya ini
semuanya itu memiliki ‘aku’ masing-masing, andakan matahari bisa berkata : aku matari dan begitu
juga terhadap dari alam jagad raya ini, niscaya pastilah ia akan mengambil
andil mengatakan ‘Aku’, dari mana ‘aku’
masing-masing itu bersal dan kemana ‘aku’ masing-masing ‘aku’ akan
kembali???!!.
Kesadaran akan hakikat
terhadap ‘aku’ peribadi dan ‘aku’ semesta mungkin barang kali selama ini telah
jauh membawa kita kesatu hamparan kegamangan yang sangat luar biasa didalam
memaknai hidup tentunya tidak telepas kepada/terhadap orang-orang yang mau
berfikir dan membaca se-isi yang ada disekelilingnya yang nampak secara kasat
mata maupun tiadak. Barang kali semua kita bercita-cita untuk bisa mengontrak
tempat peristirahatan yang katanya abadi kekal, didalamnya mengalir
sungai-sungai, penuh dengan keindahan yang jauh lebih indah dari kehidupan
dunia,didalamnya ada 40 bidari yang senantiasa mendampingi kita dimana dari
ke40 bidadari itu senantiasa selalu dan salalu suci(perawan) buah-buahan yang
manis dan ranum selalu terhidang, buahnya dapat dipetik dengan mudah yang
dahannya menghuntai kebawah yang luasnya menyelimuti langit dan bumi, arak yang
wangi bermandikan susu, dimana ia adalah tempat/vila yaumul oriontit yang
terakhir, dengan harga yang murah-meriah menjanjikan seluruh ummat yang
pertama/sebelum dan yang terahir, berkelas standar hotel berbintang seribu,
tapi ketahui lah bahwa sesungguhnya tidaklah segampang yang kita bayang kan
untuk mendapatkannya karena vila tersebut dihiasi oleh ‘Aku’ sebenarnya, dengan
pagar yang penuh rintangan yang nampak indah sewatu ada di dunia berbagai macam
perbuatan “maksyiat”. Hanya orang-orang tertentulah yang bisa meraihnya. Namun
sebelum jauh kita berbicara kesana ada satu hal yang terpenting yang harus kita
ketahui ; kalau ada pengharapan penuh yang tak terhingga untuk menjadi penghuni
“vila” yang menjanjikan itu katakan saja
sorga yang penuh kenikmatan maka sekarang barang kali kita ragukanlah untuk
sementara harapan itu sebagai kebenaran yang mutlak semua itu adalah dunia
hayal belaka. Yang mungkin selama ini kita tahu karna kita tidak akan bisa tahu
dan mengetahui siapa ‘aku’ kepada ‘Aku’ yang sebenarnya karna sorga itu juga
‘aku’ –NYA bukan lah ‘aku’ yang hakikah. Artinya dikuatirkan kita akan tidak
lagi tertuju kepada ’Aku’ yang hakikah tapi malah tertuju
kepada bagian dari ciptaan ‘Aku’, karna surga pada hakikahnya adalah ‘aku’
pribadi dan bukan ‘Aku’ semesta tentunya yang menjadi sumber segala ‘Aku’?
bukankah ‘aku’-ku nantinya cepat atau lambat akan menyatu dengan ‘Aku, surga
juga harapan kita semua memang kesana? Tidak telepas dari kaidah agama ‘Aku’
semesta ini : yang mengajarkan “innalillahi wainnalillahi rooji’uun” yang bermakna :
sesunguhnya ‘aku’ berasal dari ‘Aku’ dan semua ‘aku’ akan kembali ke ’Aku’
sebagai asal segala ‘aku’.
Lalu
selama ini Allah yang bagaimanakah
yang kita sembah? Jangan-jangan hanyalah ‘aku-ku, dan ‘aku’ serta ‘aku’ yang lain bukanlah hakikah ‘Aku’, mari kita koreksi
kembali dengan menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab ‘Aku’ di Mahkamah
Mahsyar. Apakah ketundukan Akunya dalam sholat, benar-benar perwujudan dari
ketundukan ‘aku’ terhadap ‘Aku’? bukan kah sampai saat ini barang kali belum
menemukan hakikah ‘aku’ peribadi? Terus dimanakah ‘aku’ peribadi kita berada?
Dimana ‘aku’ peribadi bisa kita temukan? Apakah ‘aku’-ku bersembumyi di
kedalaman hati, jantung, paru-paru, aliran darah, sumsum, / otak? bisahkah kita temukan? Disini kita tidak
bisa/ tidak bisa menjawabnya, jadi . . . . . .disini barang kali akan nampaklah
akan betambahnya kegamangan kita, ; jika keberadaan ‘aku’ peribadi ku saja
tidak kita ketahui hakikahnya, bagaimana mungkin kita bisa mengetahui hakikah ‘Aku’
semesta? Jika hakikah ‘aku’ tidak kita ketahui bagaimana ‘aku’ bisa sampai
kepada-Nya. Hingga sekarang ini tak seorangpun mengenal dirinya sendiri, tak
ada orang yang merasai kesenangan yang sempurna.melainkan ‘Dia’ Tysubanallah!.
Besar kemungkinan sorga itu adalah sebuah dunia
dongeng, dunia hayalan bagi cerita dunia perfileman katunistis (fiksi),
kalaulah dalam menggapai mencari ‘Aku’-ku
tak sanggup bagaimana mungkin kita tahusiapa ‘Dia’ dan menuju kepada ‘Dia’,
dan kembali kepada ‘Dia’.
Guru MI Nurul Hidayah
Langganan:
Postingan (Atom)