Sabtu, 20 Oktober 2012

Ayo Maju

Mempersiapkan Teks Ceramah Dakwah Shalat Idhul Adha, Mudah-Mudahan cepat selesai

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

اللهُ أكْبَرُ × 9 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

الحمدُ لله الَّذِي أرْشَدَ الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ كُلَّ باب، أنَار بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى بصائرَ المُعْرِضين عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته وأضلَّ الآخرين بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا إِله إِلاَّ الله وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ محمداً عبده ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه وعلى جميع الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب
أما بعد، أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ

اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ
Peduli dengan Sesama

Jama'ah Sholat Aidul Fithri Rahimakumullah

Marilah kita sambut hari raya idul adha ini dengan takbir mengumadangkan kebesaran Allah swt. الله اكبر الله اكبر الله اكبر….Karena Allah sajalah yang berhak untuk diagung-agungkan, barang siapa yang mengagungkan selain Allah maka ia termasuk orang yang melampaui batas dan telah berbuat kesyirikan yang nyata.
Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar, seolah-olah semua manusia kecil dan harus takluk dihadapan kita. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita tidak mau melangkah ke masjid?
Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk ke tanah bersujud di hadapan Allah ?
Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir ?
Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah ?
Apakah yang menahan pikiran kita sehingga tidak mendambakan surga ?
Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka ?

INSYA ALLAH
Inilah garis besar yang akan dibahas bila harinya telah tiba
N/b:Salam Facebooker RahimakumuLLAH
Hari Raya Qurban Sudah Dekat ...
"BERQURBANLAH JANGAN SUKA MENGORBANKAN ORANG LAIN" ..

Rabu, 22 Agustus 2012

Melirik Nurhid


Orang tua mana yang tidak bangga jika memiliki anak di usia dini (seusia anak MI) sudah pintar menghafal Juz Amma. Terlebih lagi yang mampu hafal Yasin, Tahlil Dan Do’a. Mungkin, tidak hanya orangtuanya yang bangga, tapi orang lain pun akan sangat kagum dengan kehebatan anak kita.

Sayangnya, pada zaman kita saat ini munculnya seorang anak yang masih kecil hafal Juz Amma, menjadi barang yang sangat langka, hal ini tentu bertolak belakang dengan anak-anak jaman sekarang,  umumnya mereka tidak bisa membaca Juz Amma.
Begitu semangatnya para orang tua yang ingin anaknya menguasai dan hafal Juz Amma di usia dini, Madrasah Ibtidaiyah Nurul  Hidayah yang bertempat di Jl.Syarir Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Jambi Selatan  memiliki program semua ini agar anak dapat tumbuh bersama Al-Qur’an dan memiliki bekal untuk masa depannya sebagai Perisai/penangkis dalam hidup dan kehidupan. dengan berbagai cara/metode yang guru lakukan agar kelak anak tersebut memang benar-benar menguasai ayat-ayat pendek tersebut dan hal ini merupakan salah satu syarat kelulusan MI jika mereka tamat nanti.

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah  mengadakan seleksi terlebih dahulu jika anak/orang tua yang ingin memasuki anaknya ke MI  Nurul Hidayah  memang benar-benar harus dari keinginan keras anak itu sendiri bukan bersikukuh orang tuanya yang pada akhirnya anak meronta dan menangis  Yang pada akhirnya pendidikan tidak berjalan lancar dan madrasahpun yang akan disalahkan. Maka dari  itu keinginan keras seorang anak yang sangat kami butuhkan, kami memberi skat/batas minimal usia 6 tahun

Madrasah Nurul Hidayah selalu menampung masukan-masukan yang membangun dari masyarakat setempat demi kebaikan dan pembenahan madrasah yang lebih baik. Yang pada akhirnya impian dan harapan orang/tua dimana merupakan keinginan kita bersama  untuk bisa hafal Juz Amma di usia dini, berguna bagi nusa, bangsa dan agama, dan Intelektual  dapat terwujudkan. Hal ini bukan tidak mungkin kita lihat saja sosok dari Imam Syafi’I yang mampu hafal Al-Qur’an 30 Juz di usia dini yaitu 7 tahun. Dan ini menjadikan suatu kebiasaan “menghafal” mulai dari Juz Amma di MI sehingga secara berangsur-angsur terbiasa ketika ia beranjak ke  MTS atau Aliyah mereka bisa mengahafal Al-Qur’an 30 Juz.   

Semua ini telah terbukti dengan adanya prestasi-prestasi yang telah didapati yaitu Juara umum Hafalan ayat pendek, Hafalan do’a, pidato dan lain sebagainya.Dan kedepan MI Nurul Hidayah bertekad akan memberikan/meningkatkan pemahaman Bahasa terutama Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam menghadapi persaingan yang semakin mengglobal. Good Luck....

Fasilitas MI Nurul Hidayah Pasir Putih Kota Jambi
1.Gedung Tingkat 3
2.Labor Komputer (60 Unit)
3.Mushala (Ruang Ibadah)
4.Ruang Belajar 15 Kelas
5.Ruang Kepala
6.Ruang Guru
7.Ruang TU
8.Ruang Koperasi
9.Guru 21 Orang
10.Siswa 350 org
10.TU 1
11.Penjaga Sekolah 1
12.Satpam 1



 Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Puisi Hidayah

Engkaukah Ratu
__________________ BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Kata apapun yang terbawa angin kepadamu
Tak pernah engkau sentuh dengan telingamu
Apalagi hatimu yang angkuh pada tiap insan yang tertindas..

Bagiku engkaulah ratu
Memujamu bukanlah tujuan
Tapi mengagumimu adalah keharusan
Karena begitu bermakna renda senyummu
Apapun dapat engkau lakukan
Tanpa bisa memahami naluriku yang terkoyak
Oleh jemari tajam penuh warna

Siapapun bisa engkau terangi
Pancaran mata bagai tak habis membius
Terpantul pada hati yang retak oleh tatapan
Terbang bagai merak menabut keindahan
Membentang sayap bagai angin yang sejuk..
Tapi…ternyata bentangan sayap merak indah..
Menyimpan seribu belati
Menghujam setiap pori- pori tanpa bisa meraih apapun..




Sempurna
________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Setiap langkah memang berbeda
Kadang pelan bisa juga cepat
Bahkan tertatih…
Bagimu kesempurnaan indera
Memandang seseorang tanpa nurani
Bertilam kecantikan menikam insan
Yang terhina oleh lidahmu
Berselimut debu lisan yang amat perih
Meronakan mata dan mata hati
Menjatuhkan air mata diatas mata air
Bergenang memupus pilihan rindu
Dan… terungkap tanya yang panjang
Menghiasi padang hitam terhampar
Membayang gugusan ilalang tapi berduri
Mungkinkah kecantikanmu…sama dengan cantiknya hatimu
Atau…memikat lalu menghempaskan.



Tirani BErsenjata
_________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Aku berpikir maka aku ada
Aku berilusi maka aku bermimpi
Satu irama dalam satu hati
Membawa aku terbang tinggi
Dan bernyanyi…

Berdendang tentang nasib negeri
Tertindas keangkuhan tirani
Hinggu sejuta duka jatuh berderai
Tanpa iba…tanpa nurani
Mengusung jazad dalam peti
Menjerit sepanjang hari
Diantara gulungan rantai- rantai besi

Aku bicara tentang damai
Terbayang dulu negeri permai
Ketika aku asyik berdongeng di pantai
Ombak menghempas suaraku pergi
Tiada yang mendengar celoteh ini
Aku hilang sebelum pergi
Berjalan diantara senapan penguasa
Menuju ruang yang penuh belati
Membungkam suara keadilan yang suci.


Tuan Kambing Hitam
________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Hanya sebatas kabut
Putih terang dan hitam kelam
Bila salah berucap
Kebenaran akan terkubur dalam
Akankah datang ratu keadilan
Membawa busur peradilan yang menggema
Memanah kemungkaran..
Mata telah perih..
Setiap saat drama penderitaan menguap
Menebarkan aroma kegelisahaan
Silih berganti palu terketuk
Menyisakan tangis pilu sang keluarga
Entah benar atau salah..
Vonis telah jatuh tercerai
Diantara tawa pemenang
Dan diantara luka sang tuan kamping hitam

Kemana wajah bapak corruptor
Kemana juga wujud tuan algojo
Mungkinkah hakim itu corruptor..
Ataukah aparat itu algojo
Semua tiada jelas
Hari ini bilang putih..,esok berucap hitam
Ataukah pemimpin negeri ini telah buta..?



Jejak yang Gelisah
______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Tertunduk dan terkulai merangkai jejak
Jejak menuju dimensi hati sang dara
Bagai meniti diatas air tanpa titian
Tak pasti…bahkan tak mungkin

Aku menepis bayangan yang menggoda
Bahkan teramat menggoda bengis…
Menampakkan wajah penuh pilar- pilar angkuh
Memandang padaku dengan mata bergenang
Tapi itu bukan kesedihan..namun
Setetes air mata yang sedih menahan tawa
Mengelilingiku bersama dewi palsu

Aku menginginkanmu dengan cepat..
Segunung rindu ku persembahkan pada bumi
Menjadi tangga tertinggi mencapai awan
Dan…engkau melupakan aku dengan pelan
Hingga hilang jejak bersama kegelisahanku.



Romantisme Klasik
_________________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Aku menghamparkan roman- roman pilihan
Berdengan tentang kisah penuh asmara
Menggoyang pikiran dalam dekap
Menerawang legenda yang terjauh
Melewati dimensi penuh romantisme

Dengarlah..jika sang dewi telah terdiam
Bumi bagai tak tergerak dalam rotasinya..
Ingatlah legenda lama
Roman- roman yang beirama..
Dengan pilihan kisah yang menjadi cerita..
Menjadi inspirasi hidup
Bila engkau tahu..betapa saktinya kisahku
Merangkai tiap kata yang akan mewarnai kehidupan
Melewati setiap rintang yang tak berarti.



Negeri Siapa Ini ?
__________________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Kakiku melankah menyusuri hari
Melewati kehidupan zaman yang hampir hilang
Pada satu titik
Aku berhenti melangkah
Terbungkam kebingungan dalam kenyataan
Aku berpaling kearah matahari terbit
Terbentang luas pemukiman kumuh
Bagai sampah…menjijikkan !
Kupalingkan wajahku kearah mata hari terbenam
Terlukis panorama gedung pencakar langit
Tegak menantang..penuh keangkuhan
Tanpa sadar aku memandangi langit
Semua gelap tanpa matahari
Kemana matahariku ?
Ronanya yang segar dan terang..
Kini berselimut Kabul pekat
Akibat kejahilan prilaku sebagian manusia.
Mataku telah perih
Menyaksikan hidup dalam kehidupan
Hingga aku tertunduk lunglai
Aku terdiam..kakiku beku
Tak kuasa melangkah lagi..
Terjebak dalam Lumpur- Lumpur jalanan
Yang tak beraspal..
Air mata telah bercampu debu
Sisa tangis tidak terbendung
Ku hanya bisa menjerit..
NEgeri SIapa INi..?


HAKIKAT MANUSIA

_______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)
Sampaikan Pada Cakrawala
Nun Jauh Menali Sutera
Kian Mencakar dengan Pekatnya malam
Hingga langit tak lagi membiru seperti biasa
Tak ada lagi yang bernyanyi sendu

Apa yang terjadi ???
Satu...................
       Dua............
              Tiga....

Ku tersentak dalam keheningan
Membangunkan  dari kelelahan dunia
Menyeret dalam kehampaan dan ketiadaan
Diri siapakah yang berkata ini
Mengapa ku begini

Perlahan dengan bimbang
Membalut Kegelisahan dalam
Menimbulkan sejuta kebisuan yang tersembunyi
Dalam sosok kecil yang mencari cahaya malam

Mengapa sinarnya tak sampai ke ujung
Mengapa desirannya tak sampai ke dasar
Dengan luasnya samudra dan bentangan pelangi y ang memukau
Dapatkah dijadikan alasan
Bahwa duri kan menjatuhkan ku
Ketahuilah... Mawar lebih banyak dari duri

Mengapa manusia berdiam saja
Misteri ini harus terungkap
Walau Jiwa tersobek dalam
Juang tak padam Penat
Mencari sesuatu yang menjelma dalam diri
Ingin ku mengetahui siapakah sosok kecil ini?
Yang kan berjalan dalam ribuan pertanyaan
Takkan berhenti dengan kegelisahan ..
Terus berjuang dan memecahkan keheningan senja



Do’a sang pendosa______________________________BY. MI Nurul Hidayah Pasir Putih (Alen)

Tuhan…………..,
Di hadapan-Mu aku bersimpuh
Luruh penuh gemuruh.
Mempersembahkan seonggok tulang belulang
Yang kehilangan jiwa dan rasa.

Masih pantaskah aku mendatangi-Mu
Menampakkan wajah lusuh ini?
Menampilkan rona muka yang dibalut dengan nestapa.

Masih layakkah aku memohon pada-Mu
Mengangkat tangan kotor ini?
Meraih kemurahan
Yang tak pernah kupeduli
Mencari setitik senyuman
Di hamparan hitam putih langkah kaki

Tuhan……………….,
Jika kepedihan ini adalah kenikmatan dari-Mu
Maka tak rela aku melepasnya.
Biarkan ia merenggut kebebasan
yang merampaskan perhatianku dari-Mu.

Jika kepahitan ini adalah manis bagi-Mu
Takkan kubiarkan lenyap,
Lebur bersama waktu
Menghilang dalam tanya.

Tuhan…………………,
Aku rindu keindahan-Mu
Setelah aku menyatu dengan keburukan.
Aku haus keampunan,
Setelah aku terbenam dalam kecelakaan.

Mungkin dosaku segunung tingginya
Namun,
Kuyakin rahmat-Mu sealam semesta luas-Nya.

Tuhan…………………,
Terimalah do’aku

Kamis, 16 Agustus 2012

Hikayat::LUKMAN AL-HAKIM DENGAN GUNJINGAN ORANG


Dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Lukman Hakim telah masuk kedalam pasar  dengan  menaiki seekor Himar manakala anaknya mengikut dari belakang. Melihat tingkah laku Lukman itu  ada yang berkata “lihat itu orang tua yang tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki”.

Setelah mendengar desas-desus dari orang ramai maka Lukman pun turun dari Himarnya itu lalu diletakan anaknya diatas Himar itu. Melihat yang demikian maka orang dipasar  itu berkata pula “ Lihat orang tuanya  berjalan kaki sedangkan anaknya enak-enakan menaiki Himar itu, sunggh kurang ajar anak itu”.

Sebaik saja mendengar kata-kata itu, Lukman pun terus naik keatas belakang Himar itu bersama-sama  dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi “Lihat itu dua orang menaiki seekor Himar adalah sungguh menyiksa Himar itu”.

Oleh karena tidak suka mendengar prkataan orang maka Lukman dan anaknya turun dari Hmar itu. Kemudian terdengar lagi suara orang berkata “dua orang berjalan kaki, sedangkan Himar itu tidak dikendarai”

Dalam perjalanan mereka kedua beranak itu pulang  kerumah, Lukman Hakim telah menasehati anaknya tentang sikap manusia dan latah mereka katanya “ Sesungguhnya setiap orang tiada terlepas dari percakapan manusia lainnya, maka orang yang berakal tidak mengaambil pertimbangan melainkan kepadaAllah SWT saja, barang siapa mengenal kebenaran itulah yang menjadi pertimbangan dalam segalanya”.

Kemudian Lukman Hakim berpesan kepada anaknya Katanya” Wahai anakku tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir, sesungguhnya orang fakir tertimpa padanya tiga perkara  yaitu tipis keyakinannya (iman) agamanya, lemah akalnya(mudah tertipu dan diperdaya orang)  dan hilang kemuliaan hatinya (kepribadiannya) dan lebih celaka lagi dari tiga perkara itu adalah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meremehkan


                                                       Siswa MI Nurul Hidayah

Opini:: SIAPA..... A K U


                Barang kali tulisan/esay ini adalah semacam fiktif belaka dalam pandangan sekilas, namun walau pun demikian penulis sangatlah meminta perhatiannya dari kawan-kawan yang sempat menatap esay ini mencoba untuk berfikir sejenak jauh lebih dalam dengan konteks esensi, sambil merenungkan terhadap diri kita, mencoba mengungkap sebuah misteri yang terdapat dalam alam mikro-kosmos batiniah manusia. Sudah tahukah kita sebenarnya bahwa yang kita meng-anggap ‘aku’ selama ini adalah benar-benar ‘aku’ maka dari itu penulis mencoba tuk bersama-sama mengkoreksinya sampai sejauh mana, jangan-jangan selama ini adalah – kita (‘aku’), bukanlah aku lalu siapa? . . .
           Benar kah bintang yang berkilauan yang memenuhi langit itu jika pada pagi menghilang bersembunyi dilautan dan menyinari dunia bawah? Kenapa bintang tidak pernah berada satu langit dengan matahari? Benarkah para malaikat hanya turun kebumi pada malam hari untuk memberkati dan melimpahi rizqi  bagi orang-orang yang tekun menjalankan sholat pada malam? dibintang itukah para malaikat tinggal? Apakah ‘Arsy, singa sana Allah terletak disalah satu bintang dilangit, untuk pertanyaan tersebut mengundang inspirasi mencoba mengungkap dengan segala keterbatasan pengetahuan yang ada dan  itu semuanya penulis mengajak kawan-kawan untuk bersama merenungkannya bersama-sama mencari jawaban atasnya tidak lain hanyalah mencari hakikah sebenarnya siapakah ‘aku’ yaitu kita person per person sudah tahukah kita? Bagaimana kita mau mengenal Allah (‘Aku’-NYA}, yang sebenarnya kalau saja kita tidak mengenal diri kita sendiri???!!
              Lewat derasnya arus sungai yang mengalir deras maupun tidak coba kembali kita merenungkan, penulis sangatlah yakin dan percaya sekali bahwa ada sasmita tersendiri yang lahir dalam pemikiran kita terhadap fenomenon yang kita perhatikan ini, adanya kenyataan bahwa bahwa aliran air yang terus-menerus itu akan akan mengalir menuju muara hingga ke samudra raya, barang kali, kembali kita coba tuk merenungkan lewat gemerlapan cahaya matahari, kita sudah barang tentu sama-sama kita menyaksikan betapa sinar dunia itu bergerak dari timur menuju kebarat(masriq wal maghrib) sepanjang waktu, seolah masuk menuju kesarangnya di dunia bawah, terus kita perhatikan pula terhadap disekeling kita manusia itu sendiri, ketika matinya anak manusia adanya aliran kehidupan manusia, seperti gerakan air dan matahari menuju kearah tertentu : pusat segala sesuatu, bagaimana kawan-kawan-ku terlintaskah kawan-kawan-ku terhadap semuanya ini? Sementara penulis sendiri masih menyusurinya, Terkait dengan yang namanya ‘aku’-ku  kepada ‘Aku’ yang sebenarnya, tidak hanya sebatas ini kita coba tuk menyelam lagi. Dengan segala keterbatasan pikiran kita tapi janganlah berhenti hanya sampai disini walau kita tahu kalu pikiran kita terbatas jangan jadikan bumerang bagi diri kita dan menjadikan kambing hitam untuk menutup segala kerangka pikiran, kebebasan berfikir kita. mari mencoba menggapai dari keterbatasan ini, justru kita tidak tahu dimana keterbatasan pikiran kita maka dari itu sambil mengkaji, mengkoreksi, sampai dimana terbentur dengan hal-hal yang nanti berlaku Hukum Allah untuk  mengkaji sesuatu yang dilarang Nya. Jangan sampai menjadi hamba yang tidak mau berfikir terhadap apa yang telah Dia ciptakan, jangan menjadi pecundang terhadap diri sendiri.

            Hakikat segala yang ada apapun yang tergelar di alam semesta ini adalah perwujudan dari ‘Aku’, air sungai misalkan, matahari, pepohonan, bebatuan, awan-gumawan, langit, gunung-gemunung, dan juga hewan. Bahwa manusia dan seluruh isi jagad raya ini semuanya itu memiliki ‘aku’ masing-masing, andakan  matahari bisa berkata : aku matari dan begitu juga terhadap dari alam jagad raya ini, niscaya pastilah ia akan  mengambil andil mengatakan ‘Aku’, dari  mana ‘aku’ masing-masing itu bersal dan kemana ‘aku’ masing-masing ‘aku’ akan kembali???!!.

Kesadaran akan hakikat terhadap ‘aku’ peribadi dan ‘aku’ semesta mungkin barang kali selama ini telah jauh membawa kita kesatu hamparan kegamangan yang sangat luar biasa didalam memaknai hidup tentunya tidak telepas kepada/terhadap orang-orang yang mau berfikir dan membaca se-isi yang ada disekelilingnya yang nampak secara kasat mata maupun tiadak. Barang kali semua kita bercita-cita untuk bisa mengontrak tempat peristirahatan yang katanya abadi kekal, didalamnya mengalir sungai-sungai, penuh dengan keindahan yang jauh lebih indah dari kehidupan dunia,didalamnya ada 40 bidari yang senantiasa mendampingi kita dimana dari ke40 bidadari itu senantiasa selalu dan salalu suci(perawan) buah-buahan yang manis dan ranum selalu terhidang, buahnya dapat dipetik dengan mudah yang dahannya menghuntai kebawah yang luasnya menyelimuti langit dan bumi, arak yang wangi bermandikan susu, dimana ia adalah tempat/vila yaumul oriontit yang terakhir, dengan harga yang murah-meriah menjanjikan seluruh ummat yang pertama/sebelum dan yang terahir, berkelas standar hotel berbintang seribu, tapi ketahui lah bahwa sesungguhnya tidaklah segampang yang kita bayang kan untuk mendapatkannya karena vila tersebut dihiasi oleh ‘Aku’ sebenarnya, dengan pagar yang penuh rintangan yang nampak indah sewatu ada di dunia berbagai macam perbuatan “maksyiat”. Hanya orang-orang tertentulah yang bisa meraihnya. Namun sebelum jauh kita berbicara kesana ada satu hal yang terpenting yang harus kita ketahui ; kalau ada pengharapan penuh yang tak terhingga untuk menjadi penghuni “vila” yang menjanjikan itu  katakan saja sorga yang penuh kenikmatan maka sekarang barang kali kita ragukanlah untuk sementara harapan itu sebagai kebenaran yang mutlak semua itu adalah dunia hayal belaka. Yang mungkin selama ini kita tahu karna kita tidak akan bisa tahu dan mengetahui siapa ‘aku’ kepada ‘Aku’ yang sebenarnya karna sorga itu juga ‘aku’ –NYA bukan lah ‘aku’ yang hakikah. Artinya dikuatirkan kita akan tidak lagi tertuju kepada ’Aku’ yang hakikah tapi malah  tertuju kepada bagian dari ciptaan ‘Aku’, karna surga pada hakikahnya adalah ‘aku’ pribadi dan bukan ‘Aku’ semesta tentunya yang menjadi sumber segala ‘Aku’? bukankah ‘aku’-ku nantinya cepat atau lambat akan menyatu dengan ‘Aku, surga juga harapan kita semua memang kesana? Tidak telepas dari kaidah agama ‘Aku’ semesta ini : yang mengajarkan “innalillahi wainnalillahi  rooji’uun” yang bermakna : sesunguhnya ‘aku’ berasal dari ‘Aku’ dan semua ‘aku’ akan kembali ke ’Aku’ sebagai asal segala ‘aku’.
              Lalu selama ini Allah yang bagaimanakah yang kita sembah? Jangan-jangan hanyalah ‘aku-ku, dan ‘aku’ serta ‘aku’ yang lain  bukanlah hakikah ‘Aku’, mari kita koreksi kembali dengan menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab ‘Aku’ di Mahkamah Mahsyar. Apakah ketundukan Akunya dalam sholat, benar-benar perwujudan dari ketundukan ‘aku’ terhadap ‘Aku’? bukan kah sampai saat ini barang kali belum menemukan hakikah ‘aku’ peribadi? Terus dimanakah ‘aku’ peribadi kita berada? Dimana ‘aku’ peribadi bisa kita temukan? Apakah ‘aku’-ku bersembumyi di kedalaman hati, jantung, paru-paru, aliran darah, sumsum, / otak?  bisahkah kita temukan? Disini kita tidak bisa/ tidak bisa menjawabnya, jadi . . . . . .disini barang kali akan nampaklah akan betambahnya kegamangan kita, ; jika keberadaan ‘aku’ peribadi ku saja tidak kita ketahui hakikahnya, bagaimana mungkin kita bisa mengetahui hakikah ‘Aku’ semesta? Jika hakikah ‘aku’ tidak kita ketahui bagaimana ‘aku’ bisa sampai kepada-Nya. Hingga sekarang ini tak seorangpun mengenal dirinya sendiri, tak ada orang yang merasai kesenangan yang sempurna.melainkan ‘Dia’ Tysubanallah!.
Besar kemungkinan sorga itu adalah sebuah dunia dongeng, dunia hayalan bagi cerita dunia perfileman katunistis (fiksi), kalaulah dalam menggapai mencari ‘Aku’-ku  tak sanggup bagaimana mungkin kita tahusiapa ‘Dia’ dan menuju kepada ‘Dia’, dan kembali kepada ‘Dia’.
                                                                      Guru MI Nurul Hidayah